USIA LANJUT DAN PROSES MENUA
Proses menua dapat dicakup sebagai penimbunan secara terus menerus dari semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu. Ini menjadi sebab makin mudahnya seseorang yang telah lanjut usianya menjadi sakit atau mati yang memang merupakan ciri-ciri dari proses menua. Sejak dahulu banyak penelitian telah dilakukan untuk memahami proses menua dengan diajukan berbagai teori. Kini bukti-bukti telah mulai terkumpul yang menunjukkan bahwa proses menjadi tua ialah akibat dart reaksi-reaksi oleh radikal bebas yang terjadi di dalam sel dan jaringan dan yang bersifat merusak. Pada mammalia, reaksi-reaksi radikal bebas terutama bertalian dengan zat asam atau oksigen.PENGERTIAN USIA LANJUT
Siapakah yang disebut orang usia lanjut? Biasanya seseorang digolongkan ke kelompok usia lanjut berpedoman pada usia kalendernya, dan lazimnya bila dia menginjak usia 50 – 60 tahun. Namun usia kalender tidak selalu dihayati secara sama oleh semua orang. Seseorang merasa dirinya tua tergantung berbagai keadaan, kesehatan tubuh/jiwanya maupun cara orang lain memperlakukan serta norma sosial budaya terhadap proses menjadi tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa usia mental dan penghayatan subyektif mengenai diri sendiri (self concept) lebih menentukan "ketuaan" seseorang.KARAKTERISTIK LANJUT USIA
Merujuk kembali pada hasil ASEAN Teaching Seminar on Psychogeriatric Problems, maka persoalan dan keluhan para usia lanjut meliputi tiga area :- Organo-biologik, misalnya : dementia, gangguan fungsi afektif, sulit tidur, diabetes melitus, hipertensi, dan lain-lain.
- Psiko-edukatif seperti perasaan kesepian, kehilangan, ditolak dan tidal( disenangi, hubungan yang tegang. Dengan sanak keluarga, apatis, dan lain-lain.
- Sosio-ekonomik dan budaya misalnya : kesulitan keuangan, kesulitan rlendapatkan pekerjaan, tidak punya rumah tempat menetap, dan lain sebagainya.
Penuaan Sel
Penuaan melibatkan diferensiasi dan maturasi organisme dan sel-selnya, pada masa tertentu mengakibatkan kehilangan progresif kemampuan fungsional yang khas untuk penuaan dan akhirnya kematian.Penuaan sel di sini dapat merupakan penimbunan progresif perubahan-perubahan struktur dan fungsi selama bertahun-tahun yang mengakibatkan kematian sel atau setidak-tidaknya pengurangan kemampuan sel bereaksi terhadap jejas. Suatu penelitian membuktikan bahwa bila fibroblast dibiakan secara in vitro, akan mengalami sekitar 50 ±10 kelipatan dan kemudian berhenti melakukan replikasi. Penelitian ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan sel dapat berupa suatu program genetika yang diwariskan dalam sel-sel dan setiap sel memiliki batas waktu hidup replikasi yang ditentukan secara genetik. Dengan adanya pendapat bahwa penimbunan jejas sel yang berulang sejalan dengan waktu dan sel yang memiliki batas waktu hidup tersendiri tersebut, tidak menjadikan kemungkinan ini tidak saling berdiri sendiri, dan keduanya lebih saling berkaitan.
Peneliti lain menyatakan bahwa sel-sel menyatakan bahwa sel-sel yang berpotensi imortal tetapi kesalahan mitosis menhasilkan sel-sel yang digolongkan untuk mati dan akhirnya menggantikan sel-sel yang imortal. Jadi penuaan dan kematian sel merupakan akibat penentuan progresif selama jangka waktu hidup sel dengan informasi genetika yang tidak sesuai akan menghalangi fungsi normal sel. Disetujui bahwa perubahan yang terjadi dalam sel setelah replikasi penting dalam penuaan sel. Secara morfologi sel yang menua dalam perbenihan menjadi besar, kadang-kadang dengan multinukleus, timbul vakuol berbagai ukuran, dan lebih mudah terkena jejas dibandingkan dengan sel-sel yang tidak menua.
Lebih banyak lagi dapat disebut tentang mekanisme yang berkenaan untuk perubahan sel yang terjadi pada penuaan sel, beberapa mekanisme ini mungkin hanya semata-mata merupakan perluasan mekanisme yang terlibat dalam maturasi dan diferensiasi sel dan lainnya disebabkan pengaruh lingkungan yang dapat mengadakan interaksi dengan mekanisme-mekanisme tersebut.
GANGGUAN PENGECAPAN (TASTE DISORDER) PADA USIA LANJUT
Kemampuan untuk mengecap terjadi saat molekul-molekul kecil yang keluar pada saat mengunyah, minum, atau mencerna makanan menyimulasi sel-sel sensori pada mulut dan tenggorokan. Sel-sel tersebut, atau gustatori sel, yang berkelompok pada taste bud lidah dan tenggorokan.
Lidah dapat membedakan empat rasa dasar, yaitu asin, masam, manis dan pahit. Bagian ujung/depan lidah paling peka merasakan yang asin dan manis, bagian samping lidah paling peka terhadap rasa masam sedangkan bagian belakang lidah serta langit-langit paling peka terhadap rasa pahit. Bagian tengah lidah relatif tidak peka terhadap pengenalan rasa.
Gangguan pengenalan rasa dapat dibedakan menjadi tiga macam :
- Ageusia adalah hilangnya daya pengecap secara total
- Hipogeusia adalah berkurangnya daya pengecapan
- Cacogeusia adalah gangguan pengecapan yang ditandai sensasi rasa yang tidak enak pada makanan
Salah satu keluhan yang sering pada lanjut usia (lansia) adalah sering merasakan makanan yang dikonsumsi terasa pahit sehingga lansia tersebut mengalami tidak nafsu makan. Hal ini merupakan salah satu gangguan pengecapan.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Gangguan pengecapan yang terjadi tidak terlepas dari peranan lidah dan air ludah yang mengalami gangguan pada lansia karena penyakit atau gangguan tertentu. Xerostomia atau gangguan dalam produksi saliva sangat berpengaruh dalam hal pengecapan sehingga dalam hal ini etiologi pada xerostomia juga dapat menyebabkan ganggauan pengecapan.
Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam air ludah. Melalui pori pengecap suatu zat dapat mencapai sel-sel pengecap dan mempengaruhi ujung-ujung sel-sel pengecap dan sesudahnya melalui serabut-serabut saraf akan menghasilkan respons saraf sehingga seseorang dapat merasakan rasa makanan (mengecap). Dengan berkurangnya produksi saliva pada usia lanjut, sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsang rasa.
Pada awal kelahiran, manusia memiliki 10.000 taste bud, tetapi setelah usia 50 tahun, taste bud akan mengalami penurunan fungsi bahkan banyak yang mengalami kematian sehingga taste bud berkurang. Berkurangnya produksi saliva pada usia lanjut juga dapat menyebabkan mukosa rongga mulut menjadi kering dan rentan terhadap gesekan. Gesekan ini akan menambah dampak pengurangan taste bud pada usia lanjut.
Mulut yang kering, rasa terbakar pada rongga mulut, dan fungsi indra pengecap yang menurun karena aliran saliva yang berkurang sering ada hubungannya dengan kekurangan vitamin B kompleks. Kandungan prialin saliva akhirnya juga menurun dan pencernaan amilase tidak dimulai dari rongga mulut sehingga pankreas bekerja lebih berat. Saliva semakin bersifat alkali terutama pada pasien yang ompong. Saliva juga menjadi lengket sehingga mudah terjadi iritasi mekanis.
Selain itu, xerostomia yang juga menyebabkan preposisi, yaitu berubahnya suatu kuantitas komposisi pada saliva terutama komposisi mineral seng (zinkum/Zn). Kadar Zn pada air ludah orang dewasa berkisar 90-120 ìg/100 ml. Mineral Zn berperanan di dalam fungsi berbagai indera seperti melihat, mencium bau dan mengecap. Zn mrupakan kofaktor pembentukan alkaline fosfatase yang merupakan enzim yang banyak pada membrana taste bud.
Xerostomia memang dapat menyebabkan gangguan pengecapan, tetapi ada hal lain yang berhubungan dengan gangguan penciuman. Pada orang-orang lanjut usia yang mengalami gangguan saluran pernafasan atas juga akan mengalami gangguan pengecapan.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala klinis pada orang-orang usia lanjut biasanya adalah berkurangnya nafsu makan yang mengarah pada penurunan berat badan.
Saat terjadi perubahan sensasi rasa pada lidah, seseorang akan mengubah pola makannya. Pada beberapa orang akan kehilangan berat badan karena kehilangan selera makan tetapi pada beberapa orang akan makan terlalu banyak dan akan kelebihan berat badan. Penurunan pengecapan rasa dapat memperparah penyakit sistemik lainnya. Untuk mempernyaman pengecapan yang tidak nyaman, seseorang akan mengkonsumsi rasa manis dan asin, seperti gula dan garam. Dengan demikian penyakit seperti diabetes melitus dan hipertensi akan semakin parah.
PEMERIKSAAN
- The Drop Technique Digunakan 4 mcm rasa manis (gula pasir), pahit (kinin), kecut/asam (lar. Asam cuka) dan asin (larutan garam). Penderita diminta utk mengidentifikasi rasa dari bahan tes yang diletakkan diatas lidah sambil menutup hidung
- Elektrogustometri Tes pengecapan secara kuantitatif
Daftar Pustaka
Robins dan Kumar. 1998. Buku Ajar Patologi I Edisi 4. Jakarta : EGC