Thursday, April 16, 2009

Wax atau Malam

Wax merupakan istilah umum untuk merujuk pada campuran rantai panjang apolar lipid membentuk pelindung (kutikula) pada daun tanaman dan buah, juga pada tanaman, alga, fungi, dan bakteri.

Berbagai macam material dengan nama wax tidak dibentuk oleh satu grup struktur kimia yang homogen. Semua wax merupakan bahan tahan air yang terbentuk dari berbagai macam subtansi termasuk hidrokarbon (normal atau bercabang alkana dan alkena), keton, diketon, alkohol primer dan sekunder, aldehid, sterol ester, asam alkanoik, terpenes (squalene), dan monoester (ester wax). Semua dengan rantai yang panjang atau sangat panjang (dari 12 lebih sampai sekitar 38 atom karbon) dan dalam bentuk padat pada rentang yang besar (titik leleh antara 60°-100°C).
Lebih umumnya, wax adalah ester dari suatu alkohol (rantai panjang alkohol, sterol, hidroksi karotenoid, vitamin A) dan rantai asam yang sangat panjang (wax ester). Demikian komponen wax pada umumnya :

(Sumber : http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm)

Untuk dental wax sendiri merupakan campuran dua atau lebih wax dengan bahan aditive lainnya, digunakan pada kedokteran gigi untuk pencetakann, konstruksi bahan basis gigi tiruan nonmetalik, merekam hubungan rahang, dan pekerjaan laboratorium.
(Sumber: http://www.igiwax.com/resource/other_industries)


KLASIFIKASI WAX
Berdasarkan sumbernya wax terdiri dari dua macam, yaitu wax alami dan wax sintetik.
1. Wax Alami
a. Animal Waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil sekresi abdominal dari lebah jenis Apis mellifera. Warna wax tergantung pada jenis bunga. Komponennya berupa palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester dengan rantai panjang alkohol. Digunakan sebagai bahan modeling dan memiliki titik leleh 62°-65°C.
b. Vegetal Waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.
Pada carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes. Merupakan hasil sekret dari daun pohon palem (Copernicia prunifera cerifera), tiap 100 gr untuk satu pohon dalam satu tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%).
Untuk candelila wax merupakan hasil ekstraksi dari tumbuhan Euphorbia cerifera dan Euphorbia antisyphilitica (Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan merebus tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material tanaman. Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-C33), ester (28-29%), alkohol, asam lemak bebas (7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik leleh candelila wax berada dalam rentang 66°-71°C.
c. Mineral Waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari petroleum yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan minyak tanah). Komposisinya berupa campuran kompleks hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase amorf atau mikrokristalin).

2. Wax Sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada perubahan pada kualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah (C18-C36). Titik lelehnya dalam rentang 60°-75°C.

(Sumber : http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm dan Anusavice, Keneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC)

Tuesday, April 7, 2009

Selamat Datang di Blok Baru : Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I

Setelah melewati blok sebelumnya, yaitu blok stomatognasi, angkatan 2008 FKG Unej memasuki blok baru di semester 2 ini.
Sebelumnya di blog stomatognasi dipelajari sistem mastikasi dan menelan, flora rongga mulut, dan sistem imun rongga mulut. Juga dibahas tentang pentingnya sistem stomatognasi dan peranannya dalam dunia perawatan masalah kedokteran gigi terutama yang berkaitan dengan pengembalian fungsi kunyah.

Di blok bahan dan teknologi kedokteran gigi I ini akan mempelajari berbagai macam bahan di bidang kedokteran ggi yang meliputi: bahan abrasif, gipsum, bahan pendam, bahan cetak, malam, dan logam serta manipulasinya.

Pada blok ini, kami juga akan memasuki preklinik yang berarti kami harus mengasah sklill lab kami. Seperti blok stomatognasi, blok ini akan berlangsung selama 8 minggu.

Saya sendiri tetap berada di kelompok tutorial 6 dengan tutor selama blok ini yaitu drg. Dwi K. P., M.Kes.

Semoga di blok ini angkatan 2008 bisa tetap eksis dan ilmu yang didapat tidak sia-sia. (Jangan hanya kejar nilai, kejar ilmu juga) :)

Monday, April 6, 2009

Koronoplasti

(Tulisan ini berupa teori yang didapat selama kuliah dan tutorial blog stomatognatik. Sedangkan yang berupa tindakan langsung belum dipelajari dan belum dilakukan. XD)

Koronoplasti merupakan suatu upaya untuk mencapai oklusi yang optimal, yang sering juga disebut dengan occlusal adjustment (penyesuaian oklusal). Interferensi tonjol (cusp gigi yang tidak benar) dapat mengganggu gerak menutup atu mengunyah mandibula, dan mengganggu kontak bilateral pada sumbu retrusi.

Gangguan yang memerlukkan tindakan koronoplasti adalah gangguan kontak oklusi yang terdapat kontak prematur atau kontak berlebih, yaitu pada kondisi oklusi :
1. Retruded contact position (RCP)
Pada saat melakukan gerakan menutup mulut.
2. Intercuspal Contact Position (ICP)
Pada saat melakukan gerakan penelanan.
3. Protrusive contact position (PCP)
Pada saat menggerakan rahang bawah ke depan.
4. Working side contact position
Pada saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke lateral (menjauhi garis tengah tubuh).
5. Non-working side contact position (Balancing side)
Pada saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke lateral (mendekati garis tengah tubuh).
Selain itu juga dapat disebabkan oleh karena traumatik oklusi karena restorasi (overhanging restoration = melebihi oklusal asli), misalnya oleh karena tumpatan yang berlebih atau penggunaan gigi tiruan.

Penyesuaian oklusal ini dapat didefenisikan sebagai pengasahan daerah oklusal tertentu yang terencana guna memulihkan stabilitas mandibula ketika menutup dan guna menghilangkan interferensi dari dan ke Intercuspal Position (IP) dalam gerakan fungsi dan parafungsi. (Thomson, 2007: 203).


Tindakan koronoplasti ini dilakukan menggunakan articulating paper saat melakukan pemeriksaan protrusive movement dan lateral movement (terdiri dari working side dan balancing side). Articulating paper sendiri digigit selama pergerakan mandibula tersebut.








Setelang dilakukan tindakan, spot yang terlalu tebal disebut dengan kontak prematur. Dan terdapat aturan Schuyler (1935) yang merupakan bimbingan pertama bagi prosedur pengasahan, yaitu : Jika tonjol tidak membuat kontak prematur pada gerakan protrusif dan lateral, asalah fossa. Dan jika tonjol membuat kontak pada gerakan tersebut, asalah tonjol.
Selanjutnya, dicari pula balance centric occlusion (centric stop). Centric stop ini tidak boleh diasah lagi pada saat penyesuaian oklusi dan tanda-tanda prematur kontak bertumpuk dengan centric stop yang boleh dilakukan pengasahan.
Begitu selesai pengasahan, perlu ditambahkan fluor protector agar gigi tidak terasa linu.

Penyesuaian oklusi dengan tindakan koronoplasti juga merupakan tindakan yang kontroversial karena sifatnya yang irreversible (tidak bisa kembali). Tetapi prosedur ini telah diakui untuk perawatan disfungsi mandibula yang aktivitas pergeseran mandibulanya telah terdiagnosa.



Daftar Pustaka :
Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
(Handout kuliah drg. Gunadi dan kuliah dari drg. Dewi K. :D)

KESESUAIAN FUNGSI PENGUNYAHAN

Kesesuaian fungsi kunyah merupakan keseimbangan dan keharmonisan antara komponen sistem pengunyahan, baik gigi-geligi, otot, dan sendi temporomandibula (STM) yang semuanya berfungsi dengan baik. Dari sini akan dibahas tentang kesesuaian oklusi gigi-geligi, kesesuaian gerakan TMJ dan otot mastikasi.


Posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan. Oklusi dapat diartikan sebagai kontak antara gigi-geligi secara langsung yang saling berantagonis dari satu rangkaian gerakan mandibula. Didasarkan pada keadaan mandibula, hubungan oklusi dan mandibula dapat dibagi menjadi dua, yaitu posisi non-oklusal dari mandibula dan posisi oklusal mandibula.

1. Posisi Non-Oklusal dari Mandibula (Oklusi Dinamis)
a. Posisi Istirahat (Posisi Postural Endogen)
Posisi ini merupakan posisi ketika otoot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan relaks. Keadaan ini dianggap dikendalikan oleh mekanisme refleks yang dipicu oleh reseptor regangan pada otot mastikasi, khususnya otot temporal. Pada posisi ini terdapat celah beberapa milimeter antara gigi-gigi atas dan bawah yang disebut sebagai free way space (jarak antaroklusal). Variasi sehari-hari dari posisi istirahat terlihat bersama variasi postur kepala (misalnya : kepala didongakkan ke belakang maka jarak antaroklusal meningkat, sedangkan bila kepala dicondongkan ke depan menyebabkan jarak antaroklusal berkurang).
b. Posisi Postural Adaptif
Terjadi pula posisi yang berbeda pada waktu istirahat yang disebut sebagai posisi postural adaptif. Disebut postural adaptif dikarenakan respon tidak sadar terhadap kebutuhan, yaitu :
- Untuk mempertahankan seal oral anterior (menutup jalan udara), yaitu dengan cara palatum lunak menyentuh lidah dan seal oral anterior, yaitu bibir berkontak dan lidah menyentuh gigi-gigi anterior.
- Untuk mendapatkan pernafasan mulut, sehingga diperlukan posisi postural yang berubah dari mandibula, dengan mandibula diturunkan dan jarak antaroklusal yang meningkat berlebihan.

2. Posisi Oklusal Mandibula (Oklusi Statis)
a. Posisi Kontak Retrusi (Relasi Sentrik)
Hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya pergerakkan dalam arah lateral.
n.b.: di dalam posisi ini sudah terdapat oklusi sentrik
b. Posisi Interkuspal (Oklusi Sentrik)
Posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondil berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukkan oleh panduan yang diberikkan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra-posisi ataupun overhanging restoration.


Otot-otot mastikasi dan orofasial serta fungsi sistem saraf yang mengontrolnya berperilaku sesuai dengan pola endogen dan memberi respons terhadap banyak sekali rangsangan untuk menyediakan gerakan yang diperlukkan oleh sistem. Oklusi gigi geligi (O) dapat dinyatakan sebagai produk permukaan oklusal gigi-gigi (T = teeth), aktivitas otot (M = muskuli), dan gerakan yang dimungkinkan oleh adanya sendi mandibula (J = joint), sehingga didapatkan rumus O=TMJ. Tetapi, rumus ini terlalu sederhana mengingat ada suatu aksi yang rumit dan seringkali bersifat refleks.
Semua otot mastikasi dalam keadaan berfungsi (kontraksi maupun relaksasi) pada semua gerakan mandibula. Otot-otot mastikasi terdapat berpasangan di kedua sisi (bilateral) dan setiap otot berjalan ke arah yang berlawanan dan ketinggian yang berbeda sehingga variasi gerakan dapat saja terjadi. Secara garis besar, otot-otot mastikasi ini dibagi menjadi otot-otot penutup rahang dan otot pembuka rahang. Otot-otot penutup rahang yaitu M. Temporalis, M. Masseter, dan M. Pterygoideus Medialis. Sedangkan otot pembuka rahang yaitu M. Pterygoideus Lateralis. Tentang letak origo dan insersionya dapat dibaca pada buku-buku teks anatomi standar. Ketika rahang membuka, otot pembuka rahang akan berkontraksi dan otot-otot penutup rahang akan berelaksasi, demikian sebaliknya bila rahang menutup. Keadaan kontraksi dan relaksasi otot-otot tersebut memperjelas pandangan bahwa semua otot ikut terlibat dalam gerak mandibula.



Daftar Pustaka
Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi 3. Jakarta: EGC
Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog Stomatognatik. Jember: Unej
Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC