Wax merupakan istilah umum untuk merujuk pada campuran rantai panjang apolar lipid membentuk pelindung (kutikula) pada daun tanaman dan buah, juga pada tanaman, alga, fungi, dan bakteri.
Berbagai macam material dengan nama wax tidak dibentuk oleh satu grup struktur kimia yang homogen. Semua wax merupakan bahan tahan air yang terbentuk dari berbagai macam subtansi termasuk hidrokarbon (normal atau bercabang alkana dan alkena), keton, diketon, alkohol primer dan sekunder, aldehid, sterol ester, asam alkanoik, terpenes (squalene), dan monoester (ester wax). Semua dengan rantai yang panjang atau sangat panjang (dari 12 lebih sampai sekitar 38 atom karbon) dan dalam bentuk padat pada rentang yang besar (titik leleh antara 60°-100°C).
Lebih umumnya, wax adalah ester dari suatu alkohol (rantai panjang alkohol, sterol, hidroksi karotenoid, vitamin A) dan rantai asam yang sangat panjang (wax ester). Demikian komponen wax pada umumnya :
(Sumber : http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm)
Untuk dental wax sendiri merupakan campuran dua atau lebih wax dengan bahan aditive lainnya, digunakan pada kedokteran gigi untuk pencetakann, konstruksi bahan basis gigi tiruan nonmetalik, merekam hubungan rahang, dan pekerjaan laboratorium.
(Sumber: http://www.igiwax.com/resource/other_industries)
KLASIFIKASI WAX
Berdasarkan sumbernya wax terdiri dari dua macam, yaitu wax alami dan wax sintetik.
1. Wax Alami
a. Animal Waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil sekresi abdominal dari lebah jenis Apis mellifera. Warna wax tergantung pada jenis bunga. Komponennya berupa palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester dengan rantai panjang alkohol. Digunakan sebagai bahan modeling dan memiliki titik leleh 62°-65°C.
b. Vegetal Waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.
Pada carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes. Merupakan hasil sekret dari daun pohon palem (Copernicia prunifera cerifera), tiap 100 gr untuk satu pohon dalam satu tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%).
Untuk candelila wax merupakan hasil ekstraksi dari tumbuhan Euphorbia cerifera dan Euphorbia antisyphilitica (Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan merebus tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material tanaman. Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-C33), ester (28-29%), alkohol, asam lemak bebas (7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik leleh candelila wax berada dalam rentang 66°-71°C.
c. Mineral Waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari petroleum yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan minyak tanah). Komposisinya berupa campuran kompleks hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase amorf atau mikrokristalin).
2. Wax Sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada perubahan pada kualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah (C18-C36). Titik lelehnya dalam rentang 60°-75°C.
(Sumber : http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm dan Anusavice, Keneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC)
Labels
announcement
blok kuratif rehabilitatif 2
BM
BTKG
catatan hasil studi
dentomaksilofacial diseases
download
ebook
fisiologi
fkg unej angkatan 2008
gizi
IKGM
IMTKG
koass
manajemen kesehatan gigi masyarakat
manifestasi penyakit di kedokteran gigi
manjemen pelayanan kesehatan masyarakat
OM
orthodonsia
patologi
pedodonsia
periodonsia
profesi
RSGM
sistemic diseases
skill lab
stomatognasi
Thursday, April 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment