Maksimal pembukaan mulut, hanya 3 mm jarak interdental
Studi pada penggambaran kasus memperkenankan re-evaluasi serial pada tulang, meniskus diskus, struktur jaringan lunak, dan hubungan fungsional di antaranya yang sangat berharga untuk diketahui. Metode yang paling bermanfaat untuk mengevaluasi TMJ adalah MRI diikuti oleh 3D CT Scan. Lesi pada studi gambar tersebut akan membantu pengambilan keputusan untuk pengobatan dan diharapkan didapatkan pengobatan dengan hasil yang terbaik.
Gambaran TMJ dengan 3D CT Scan pada kasus JSLE
Gambaran TMJ dengan MRI pada kasus JSLE
Pada gambaran tersebut dapat dijelaskan bahwa fossa glenoid mengalami lesi atau kerusakan, sehingga pasien mengalami kesulitan membuka mulut. TMJ mengalami osteonekrosis dan bukan Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA) yang sebelumnya menjadi diagnosis banding dari kasus ini. Kesimpulan osteonekrosis didapatkan dari :
- Periode yang pendek dari waktu antara gejala keterlibatan TMJ dan penemuan radiologikal.
- Fakta bahwa anak-anak tidak memiliki poliartritis kronik atau perubahan radiografik pada TMJ tercatat frekuensi pasien JSLE lebih sedikit terjadi daripada pasien SLE dewasa dan osteonekrosis pada kondile mandibula dilaporkan jarang terjadi pada anak-anak.
Selain dari pemeriksaan radiografi, secara klinis ditemukan bahwa kesulitan mengunyah dan bunyi clicking pada setiap pergerakan rahang. Seperti dijelaskan di atas, pasien dengan JSLE tersebut mengalami pengobatan kortikosteroid lebih dari dua tahun yang memungkinkankan osteonekrosis pada kondile, karena pengobatan kortikosteroid dipertimbangkan sebagai faktor resiko paling penting dalam kehilangan massa tulang.
Sumber : RJ, Cuttica, Marcantoni MB, Laham M. 2005. Case Report : Osteonecrosis and ankylosis of temporomandibular joints (TMJ) in juvenile onset systemic lupus erythematosus (JSLE).