Monday, June 8, 2009

Sekilas tentang Patogenesis Herpes

Baik untuk dokter maupun dokter gigi, mulut merupakan bagian tubuh yang penting, yang dapat terserang penyakit lokal atau ikut berperan pada berbagai keadaan sistemis. Bidang penyakit mulut dapat didefinisikan sebagai diagnosa dan perawatan keadaan ‘medis’ rongga mulut dan struktur yang berhubungan dengannya, termasuk relasi mulut dan wajah yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu kesatuan.

PATOGENESIS INFEKSI VIRUS HERPES
Virus herpes simpleks merupakan organisme berbentuk silindris serta terdiri terutama dari DNA, berukuran kira-kira 10 µm, tetapi memiliki sarung yang mudah larut, sehingga organisme tampak dua kali lebih besar dari ukuran yang sebenarnya.
Virus mempunyai kecenderungan untuk menyerang sel epitelial dan sel akan menunjukan perubahan sitologi yang meliputi :
  • Perkembangan badan nukleus inklusi (inklusi sel = konstitusi sitoplasma sel yang pada umumnya tidak bernyawa dan sering hanya bersifat sementara)

  • Giant sel multinukleus

  • Kerusakan sel

Perubahan sitologi terdiri dari penggabungan sel yang normal dengan sel yang terinfeksi, untuk membentuk masa sinsisial yang kecil (giant sel) dengan nukleus lebih dari satu. Pada beberapa keadaan, dapat terjadi pembelahan nuklei tanpa pembelahan sitoplasma, sehingga akan terbentuk giant sel multinukleat yang lain. Sel-sel ini terlihat jelas pada hapusan sel lesi herpes dan sering disebut sebagai mulbery sel. Di antara tanda-tanda histologi dari lesi herpes, sitolisis merupakan tanda yang paling jelas, dengan disertai pembentukan vesikel intra epitelial. Epitelial dasar vesikel dapat sangat rusak sehingga vesikel terletak subepitelial. Sel-sel pada tepi vesikel dapat menunjukan tanda-tanda seperti di atas tetapi tanda tersebut terlalu jelas terlihat pada pemeriksaan histologi. Infeksi herpes simpleks mempunyai hubungan dengan respon antibodi.



Herpes varisela – infeksi Zooster mirip dengan herpes simpleks, yaitu pada struktur virus, pola infeksi (terdapat kontak primer, infeksi sistemis akut/infeksi ulang), maupun patologi lesi epitelial. Selain itu pada tiap lesi berubag dari makula menjadi papula dan vesikel, yang membentuk borok dan infeksi sekunder.

Sumber : Gayford dan Haskell. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment